Jumat, 04 September 2009

DUNIA BEBATUAN


kebudayaan batu





Kebudayaan Mesolithikum (zaman batu madya)Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palaeolithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang disebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche.Rekomendasi : jika ada gambar / fotonya, sisipkan di sini.Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera.Untuk dapat mengetahui bentuk dari kapak Sumatera silahkan Anda amati gambar 5 berikut ini.Gambar 5. Pebble/Kapak Sumatera. Setelah Anda mengamati gambar 5 coba Anda bandingkan pebble dengan chopper maupun dengan flakes! Bagaimana menurut pendapat Anda?Bentuk pebble seperti yang Anda lihat pada gambar 5 dapat dikatakan sudah agak sempurna dan buatannya agak halus. Bahan untuk membuat kapak tersebut berasal dari batu kali yang dipecah-pecah. Selain pebble yang ditemukan dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan Hache Courte atau kapak pendek. Kapak ini cara penggunaannya dengan menggenggam.Di samping kapak-kapak yang ditemukan dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah, bahan cat merah yang dihaluskan berasal dari tanah merah. Mengenai fungsi dari pemakaian cat merah tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan bahwa cat merah dipergunakan untuk keperluan keagamaan atau untuk ilmu sihir.Kecuali hasil-hasil kebudayaan, di dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan fosil manusia yang berupa tulang belulang, pecahan tengkorak dan gigi, meskipun tulang-tulang tersebut tidak memberikan gambaran yang utuh/lengkap, tetapi dari hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa manusia yang hidup pada masa Mesolithikum adalah jenis Homo Sapiens.Untuk itu silahkan Anda sebutkan jenis manusia pendukung Mesolithikum dan tulislah jawaban Anda pada tabel 1.3 berikut iniSetelah Anda mengisi tabel 1.3 silahkan Anda cocokkan dengan kunci jawabannya berikut ini.Manusia pendukung Mesolithikum adalah Papua Melanosoide. Untuk selanjutnya Anda dapat mempelajari uraian materi berikutnya.Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur.Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone Culture/kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari kebudayaan Mesolithikum. Selain di Sampung, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur. Penelitian terhadap goa di Besuki dan Bojonegoro ini dilakukan oleh Van Heekeren. Untuk dapat mengetahui bentuk Abris Sous Roche silahkan Anda amati gambar 6 berikut ini.Gambar 6. Bentuk Abris Sous Roche Di Sulawesi Selatan juga banyak ditemukan Abris Sous Roche terutama di daerah Lomoncong yaitu goa Leang Patae yang di dalamnya ditemukan flakes, ujung mata panah yang sisi-sisinya bergerigi dan pebble. Di goa tersebut didiami oleh suku Toala, sehingga oleh tokoh peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai sekarang masih ada dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan zaman prasejarah. Untuk itu kebudayaan Abris Sous Roche di Lomoncong disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM.Selain di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Timor dan Rote. Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler yang di dalamnya ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu indah.Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa zaman Mesolithikum sesungguhnya memiliki 3 corak kebudayaan yang terdiri dari:a. Kebudayaan pebble/pebble culture di Sumatera Timur.b. Kebudayaan tulang/bone culture di Sampung Ponorogo.c. Kebudayaan flakes/flakes culture di Toala, Timor dan Rote.Dengan adanya kesimpulan dari kebudayaan Mesolithikum. Apakah Anda sudah memahami uraian materi kebudayaan Mesolithikum. Kalau Anda belum paham, maka baca kembali uraian materi di atas, namun jika Anda sudah paham silahkan lengkapi tabel 1.4 berikut ini.Tabel 1.4 Kebudayaan MesolithikumSetelah Anda melengkapi tabel 1.4, maka cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban di bawah ini.1. Sumatera Timur (Langsa - Medan).2. Pebble, kapak pendek, batu pipisan.3. Dr. Van Stein Callenpels.4. Sampung.5. Ujung mata panah, flakes, batu pipisan, alat-alat dari tulang.6. Van Heekeren.7. Bojonegoro.8. Lamoncong/Sulawesi Selatan.9. Flakes, pebble, ujung mata panah.10. Frits Sarasin dan Paul Sarasin.11. Timor dan Rote.12. Flakes, ujung mata panah.13. Alfred Buhler.Bagaimana hasil jawaban Anda? Apakah banyak yang benar? Jika jawaban Anda banyak yang sesuai dengan kunci jawaban yang telah disediakan, maka Anda dikatakan memahami uraian materi tersebut, tetapi jika masih banyak yang salah maka Anda harus mempelajari kembali uraian materi tersebut. Selanjutnya Anda harus menyimak kembali uraian materi berikut ini.Dengan adanya keberadaan manusia jenis Papua Melanosoide di Indonesia sebagai pendukung kebudayaan Mesolithikum, maka para arkeolog melakukan penelitian terhadap penyebaran pebble dan kapak pendek sampai ke daerah teluk Tonkin daerah asal bangsa Papua Melanosoide. Dari hasil penyelidikan tersebut, maka ditemukan pusat pebble dan kapak pendek berasal dari pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, di Asia Tenggara. Tetapi di daerah tersebut tidak ditemukan flakes, sedangkan di dalam Abris Sous Roche banyak ditemukan flakes bahkan di pulau Luzon (Filipina) juga ditemukan flakes. Ada kemungkinan kebudayaan flakes berasal dari daratan Asia, masuk ke Indonesia melalui Jepang, Formosa dan Philipina.Berdasarkan uraian materi di atas dapatlah disimpulkan:a. Kebudayaan Bacson - Hoabinh yang terdiri dari pebble, kapak pendek serta alat-alat dari tulang masuk ke Indonesia melalui jalur barat.b. Kebudayaan flakes masuk ke Indonesia melalui jalur timur.Untuk lebih memahami penyebaran kebudayaan Mesolithikum ke Indonesia, maka simaklah gambar 7 peta penyebaran kebudayaan tersebut ke Indonesia.Gambar 7. Peta jalur penyebaran kebudayaan Mesolithikum. Setelah mengamati gambar 7, sekarang coba Anda bandingkan peta jalur penyebaran kebudayaan Mesolithikum dengan peta penyebaran kebudayaan Plaeolithikum.Dari uraian materi yang telah disajikan, maka tentu Anda dapat membandingkan penyebaran kebudayaan Mesolithikum lebih banyak dibandingkan dengan penyebaran kebudayaan Palaeolithikum. Dengan demikian masyarakat prasejarah selalu mengalami perkembangan. Pergantian zaman dari Mesolithikum ke zaman Neolithikum membuktikan bahwa kebudayaannya mengalami perkembangan dari tingkat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks.Dalam rangka menambah pemahaman Anda tentang perkembangan kebudayaan zaman Neolithikum, maka simaklah uraian materi berikut ini.Ciri zaman Mesolithikum :• Alat-alat pada zaman ini hampir sama dengan zaman Palaeolithikum.• Ditemukannya bukit-bukit kerang dipinggir pantai yang disebut “kjoken modinger” (sampah dapur) Kjoken =dapur, moding = sampah)• Alat-alat zaman Mesolithikum :• Kapak genggam (peble)• Kapak pendek (hache Courte)• Pipisan (batu-batu penggiling)• Kapak-kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah• Alat-alat di atas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores• Alat-alat Kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua-gua yang disebut “Abris Sous Roche ” Adapun alat-alat tersebut adalah :• Flaces (alat serpih) , yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu dan berguna untuk mengupas makanan.• Ujung mata panah,• batu penggilingan (pipisan),• kapak,• alat-alat dari tulang dan tanduk rusa,• Alat-alat ini ditemukan di gua lawa Sampung Jawa Timur (Istilahnya : Sampung Bone Culture = kebudayaan Sampung terbuat dari Tulang)Tiga bagian penting Kebudayaan Mesolithikum,yaitu :• Peble-Culture (alat kebudayaan Kapak genggam) didapatkan di Kjokken Modinger• Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)• Flakes Culture (kebudayaan alat serpih) didapatkan di Abris sous Roche• Manusia Pendukung Kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua -Melanosoid